mengawali sedekap, semoga hampar pasir
bukan keperihan yang kian getar dalam luka
meski dengus nafsu boleh menggebu
di sepanjang garis bertautnya gelombang
selamat malam parangkusumo kututup mata
dan hanya angin saja yang boleh berdesau
membisik-bisik demi kesembuhan sengketa
sebab keterserakan ini, betapa rapuhnya
dulu nenek moyang begitu melawan beringas
di keleluasan laut dan bukit hingga ngarai
maka dalam hening ini semoga rasa panas
menjelma doa-doa yang urungkan badai
Bumidamai, Yogyakarta.
salam kenal Gus Azzet…
jadi teringat beberapa tahun lampau, duduk menjenak di sana, disetiap malam mengawal pagi, bersama Babe Almukarom Raden Ngabehi Danu Permana “Ki Tembong” Muslikhun Sandry…semoga tenang dan damai di hadiratnya…
Senang sekali dapat berkenalan dengan Mas Kuncara. Sungguh, saya ucapkan banyak terima kasih telah berkenan singgah di blog sederhana ini. Ya, di Parangkusumo itu, apalagi duduk menjenak ketika malam, betapa kecil kita di hadapan-Nya. Semoga kita semua senantiasa pula mendapatkan rahmat-Nya.