Padahal Bersemayam Rindu

betapa mudah perseteruan terpentaskan di jalanan
apakah aspal yang meleleh karena panas, dan hingar
polusi kota benar menutup mata kita hingga berdinding
ah, siapa saja takut menyumbat sungai laparnya

padahal masih bersemayam rindu pada laut membiru
sebuah keleluasan dada, sama-sama hidup sentosa
tanpa berebut belulang seperti ganas anjing liar
betapa mudah perseteruan, mari segera bersedekap saja

Bumidamai, Yogyakarta.

6 thoughts on “Padahal Bersemayam Rindu

    • Mbak Astrid, bukan nyumpahin kok, Mbak, tapi ngajak untuk kembali kepada kemanusiaan yang sesungguhnya. Ohya, kabarnya Jogja baik-baik saja, tetap istimewa bagi para penghuninya. Makasih ya, Mbak Astrid.

    • Demikianlah, Mas Mabruri, banyak yang paradoks dalam kehidupan ini. Tapi, semoga kita bisa menyesuaikan antara lahir dan batin, antara ucap dan tindakan. Makasih ya, Mas, telah singgah kemari.

Tinggalkan Balasan ke akhmad muhaimin azzet Batalkan balasan